Jumat, 11 November 2011

Pemahaman Manajemen kelas




Pemahaman betapa pentingnya pengelolaan/ manajemen atau yang sering di sebut Classroom Management yaitu pemahaman kelas sebagai proses untuk mengontrol tingkah laku siswa. Pandangan ini bersifat otoritatif. Dalam kaitan ini tugas guru ialah menciptakan dan memelihara ketertiban suasana kelas. Penggunaan disiplin amat diutamakan. Menurut pandangan ini istilah pengelolaan kelas dan disiplin kelas dipakai sebagai sinonim. Secara lebih khusus, definisi pertama ini dapat berbunyi: pengelolaan kelas ialah seperangkat kegiatan guru untuk menciptakan dan mempertahankan ketertiban suasana kelas.
Pemahaman manajemen kelas atau classroom management dapat dipilah-pilah sebagai berikut:
1. MANAJEMEN
Istilah manajemen, terjemahannya dalam bahasa Indonesia hingga saat ini belum ada keseragaman. Selanjutnya, bila kita mempelajari literatur manajemen, maka akan ditemukan bahwa istilah manajemen mengandung tiga pengertian yaitu :
a. Manajemen sebagai suatu proses,
b. Manajemen sebagai kolektivitas orang-orang yang melakukan aktivitas manajemen,
c. Manajemen sebagai suatu seni (Art) dan sebagai suatu ilmu pengetahuan (Science)
Menurut pengertian yang pertama, yakni manajemen sebagai suatu proses, berbeda-beda definisi yang diberikan oleh para ahli. Untuk memperlihatkan tata warna definisi manajemen menurut pengertian yang pertama itu, dikemukakan tiga buah definisi.
Dalam Encylopedia of the Social Sience dikatakan bahwa manajemen adalah suatu proses dengan mana pelaksanaan suatu tujuan tertentu diselenggarakan dan diawasi. Selanjutnya, Hilman mengatakan bahwa manajemen adalah fungsi untuk mencapai sesuatu melalui kegiatan orang lain dan mengawasi usaha-usaha individu untuk mencapai tujuan yang sama. Menurut pengertian yang kedua, manajemen adalah kolektivitas orang-orang yang melakukan aktivitas manajemen. Jadi dengan kata lain, segenap orang-orang yang melakukan aktivitas manajemen dalam suatu badan tertentu disebut manajemen.
Menurut pengertian yang ketiga, manajemen adalah seni (Art) atau suatu ilmu pnegetahuan. Mengenai inipun sesungguhnya belum ada keseragaman pendapat, segolongan mengatakan bahwa manajemen adalah seni dan segolongan yang lain mengatakan bahwa manajemen adalah ilmu. Sesungguhnya kedua pendapat itu sama mengandung kebenarannya. Menurut G.R. Terry manajemen adalah suatu proses atau kerangka kerja, yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang kearah tujuan-tujuan organisasional atau maksud-maksud yang nyata. Manajemen juga adalah suatu ilmu pengetahuan maupun seni. Seni adalah suatu pengetahuan bagaimana mencapai hasil yang diinginkan atau dalm kata lain seni adalah kecakapan yang diperoleh dari pengalaman, pengamatan dan pelajaran serta kemampuan untuk menggunakan pengetahuan manajemen.
Menurut Mary Parker Follet manajemen adalah suatu seni untuk melaksanakan suatu pekerjaan melalui orang lain. Definisi dari mary ini mengandung perhatian pada kenyataan bahwa para manajer mencapai suatu tujuan organisasi dengan cara mengatur orang-orang lain untuk melaksanakan apa saja yang pelu dalam pekerjaan itu, bukan dengan cara melaksanakan pekerjaan itu oleh dirinya sendiri. Itulah manajemen, tetapi menurut Stoner bukan hanya itu saja. Masih banyak lagi sehingga tak ada satu definisi saja yang dapat diterima secara universal. Menurut James A.F.Stoner, manajemen adalah suatu proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian upaya anggota organisasi dan menggunakan semua sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dari gambar di atas menunjukkan bahwa manajemen adalah Suatu keadaan terdiri dari proses yang ditunjukkan oleh garis (line) mengarah kepada proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian, yang mana keempat proses tersebut saling mempunyai fungsi masing-masing untuk mencapai suatu tujuan organisasi. http://elqorni.wordpress.com/2009/03/15/pengertian-manajemen-dan-fungsi-fungsinya-definition-and-functions-of-management/
Secara etimologi Kata manajemen mungkin berasal dari bahasa Italia (1561) maneggiare yang berarti “mengendalikan,” terutamanya “mengendalikan kuda” yang berasal dari bahasa latin manus yang berati “tangan”. Kata ini mendapat pengaruh dari bahasa Perancis manège yang berarti “kepemilikan kuda” (yang berasal dari Bahasa Inggris yang berarti seni mengendalikan kuda), dimana istilah Inggris ini juga berasal dari bahasa Italia.[1] Bahasa Prancis lalu mengadopsi kata ini dari bahasa Inggris menjadi ménagement, yang memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur.
Kata Manajemen berasal dari bahasa Prancis kuno ménagement, yang memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur. Manajemen belum memiliki definisi yang mapan dan diterima secara universal. Mary Parker Follet, misalnya, mendefinisikan manajemen sebagai seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Definisi ini berarti bahwa seorang manajer bertugas mengatur dan mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan organisasi. Ricky W. Griffin mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran (goals) secara efektif dan efesien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan, sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan sesuai dengan jadwal. http://id.wikipedia.org/wiki/Manajemen
Fungsi-Fungsi Manajemen (Management Functions)
Sampai saat ini, masih belum ada consensus baik di antara praktisi maupun di antara teoritis mengenai apa yang menjadi fungsi-fungsi manajemen, sering pula disebut unsur-unsur manajemen. fungsi-fungsi manajemen adalah sebagai berikut:
Planning
Berbagai batasan tentang planning dari yang sangat sederhana sampai dengan yang sangat rumit. Misalnya yang sederhana saja merumuskan bahwa perencanaan adalah penentuan serangkaian tindakan untuk mencapai suatu hasil yang diinginkan. Pembatasan yang terakhir merumuskan perencaan merupakan penetapan jawaban kepada enam pertanyaan berikut :
1. Tindakan apa yang harus dikerjakan ?
2. Apakah sebabnya tindakan itu harus dikerjakan ?
3. Di manakah tindakan itu harus dikerjakan ?
4. kapankah tindakan itu harus dikerjakan ?
5. Siapakah yang akan mengerjakan tindakan itu ?
6. Bagaimanakah caranya melaksanakan tindakan itu ?
Menurut Stoner Planning adalah proses menetapkan sasaran dan tindakan yang perlu untuk mencapai sasaran tadi.
Organizing, Organizing (organisasi) adalah dua orang atau lebih yang bekerja sama dalam cara yang terstruktur untuk mencapai sasaran spesifik atau sejumlah sasaran.
Leading , Pekerjaan leading meliputi lima kegiatan yaitu :
• Mengambil keputusan
• Mengadakan komunikasi agar ada saling pengertian antara manajer dan bawahan.
• Memberi semangat, inspirasi, dan dorongan kepada bawahan supaya mereka bertindak.
• Memilih orang-orang yang menjadi anggota kelompoknya, serta memperbaiki pengetahuan dan sikap-sikap bawahan agar mereka terampil dalam usaha mencapai tujuan yang ditetapkan.
Directing/Commanding, Directing atau Commanding adalah fungsi manajemen yang berhubungan dengan usaha memberi bimbingan, saran, perintah-perintah atau instruksi kepada bawahan dalam melaksanakan tugas masing-masing, agar tugas dapat dilaksanakan dengan baik dan benar-benar tertuju pada tujuan yang telah ditetapkan semula.
Motivating, Motivating atau pemotivasian kegiatan merupakan salah satu fungsi manajemen berupa pemberian inspirasi, semangat dan dorongan kepada bawahan, agar bawahan melakukan kegiatan secara suka rela sesuai apa yang diinginkan oleh atasan.
Coordinating, Coordinating atau pengkoordinasian merupakan salah satu fungsi manajemen untuk melakukan berbagai kegiatan agar tidak terjadi kekacauan, percekcokan, kekosongan kegiatan, dengan jalan menghubungkan, menyatukan dan menyelaraskan pekerjaan bawahan sehingga terdapat kerja sama yang terarahdalam upaya mencapai tujuan organisasi.
Controlling, Controlling atau pengawasan, sering juga disebut pengendalian adalah salah satu fungsi manajemen yang berupa mengadakan penilaian, bila perlu mengadakan koreksi sehingga apa yang dilakukan bawahan dapat diarahkan ke jalan yang benar dengan maksud dengan tujuan yang telah digariskan semula.
Reporting, Adalah salah satu fungsi manajemen berupa penyampaian perkembangan atau hasil kegiatan atau pemberian keterangan mengenai segala hal yang bertalian dengan tugas dan fungsi-fungsi kepada pejabat yang lebih tinggi.
Staffing, Staffing merupakan salah satu fungsi manajemen berupa penyusunan personalia pada suatu organisasi sejak dari merekrut tenaga kerja, pengembangannya sampai dengan usaha agar setiap tenaga memberi daya guna maksimal kepada organisasi.
Forecasting, Forecasting adalah meramalkan, memproyrksikan, atau mengadakan taksiran terhadap berbagai kemungkinan yang akan terjadi sebelum suatu rancana yang lebih pasti dapat dilakukan.
Tingkatan Manajemen (Manajemen Level).
Tingkatan manajemen dalam organisasi akan membagi tingkatan manajer menjadi 3 tingkatan
1. Manajer lini garis-pertama (first line) adalah tingkatan manajemen paling rendah dalam suatu organisasi yang memimpin dan mengawasi tenaga-tenaga operasional. Dan mereka tidak membawahi manajer yang lain.
2. Manajer menengah (Middle Manager) adalah manajemen menengah dapat meliputi beberapa tingkatan dalam suatu organisasi. Para manajer menengah membawahi dan mengarahkan kegiatan-kegiatan para manajer lainnya kadang-kadang juga karyawan operasional.
3. Manajer Puncak (Top Manager) terdiri dari kelompok yang relative kecil, manager puncak bertanggung jawab atas manajemen keseluruhan dari organisasi.
http://elqorni.wordpress.com/2009/03/15/pengertian-manajemen-dan-fungsi-fungsinya-definition-and-functions-of-management/
2. KELAS
Sebuah kelas tidak boleh sekedar diartikan sebagai tempat siswa berkumpul untuk mempelajari sejumlah ilmu pengetahuan. Demikian juga sebuah sekolah bukanlah sekedar sebuah gedung tempat murid mencari dan mendapatkan ilmu pengetahuan. Sekolah dan kelas diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam mendidik anak-anak, yang tidak hanya harus didewasakan dari aspek intelektualnya saja, akan tetapi dalam seluruh aspek kepribadiannya. Untuk itu bagi setiap tingkat dan jenis sekolah diperlukan kurikulum yang mampu memenuhi kebutuhan masyarakat yang semakin kompleks dalam perkembangannya. Kurikulum yang dipergunakan di sekolah sangat besar pengaruhnya terhadap aktivitas kelas dalam mewujudkan proses belajar mengajar yang berdaya guna bagi pembentukan pribadi siswa. Dengan kata lain aktivitas sebuah kelas sangat dipengaruhi oleh kurikulum yang dipergunakan di sekolah. Suatu kelas akan mampu memenuhi kebutuhan masyarakat apabila kurikulum yang dipergunakan di sekolah dirancangkan sesuai dengan dinamika masyarakat.
Sekolah yang kurikulumnya dirancangkan secara tradisional akan mengakibatkan aktivitas kelas berlangsung secara statis. Kurikulum tradisional diartikan sebga sejumlah materi pengetahuan dan kebudayaan hasil masa lalu yang harus dikuasai murid untuk mencapai suatu tingkat tertentu, yang dinyatakan dengan ketentuan kenaikan kelas atau pemberian ijazah kepada murid tersebut. Di dalam kurikulum seperti itu mata pelajaran diberikan secara terpisah-pisah (subject certerd curriculum yang pada umumnya bersifat intelektualistis.
http://www.idonbiu.com/2009/07/pengertian-kurikulum-belajar.html
Pengelolaan kelas terdiri dari dua kata, yaitu pengelolaan dan kelas. Pengelolaan itu sendiri akar katanya adalah “kelola”, ditambah awalan “pe” dan akhiran “an”. Istilah lain dari pengelolaan adalah “manajemen”. Manajemen adalah kata yang aslinya dari bahasa Inggris, yaitu management yang berarti ketatalaksanaan, tata pimpinan, pengelolaan.(Djamarah 2006:175)
Pengelolaan adalah proses yang memberikan pengawasan pada semua hal yang terlibat dalam pelaksanaan kebijakan dan pencapaian tujuan”Dekdibud (dalam Rachman 1997:11). Pengelolaan dalam pengertian umum menurut Arikunto (dalam Djamarah 2006:175) adalah pengadministrasian pengaturan atau penataan suatu kegiatan. Menurut Hamalik (dalam Djamarah 2006:175) ”kelas adalah suatu kelompok orang yang melakukan kegiatan belajar bersama yang mendapat pengajaran dari guru” sedangkan menurut Ahmad (1995:1) “kelas ialah ruangan belajar dan atau rombongan belajar”
Hadari Nawawi memandang kelas dari dua sudut, yaitu:
1. Kelas dalam arti sempit yakni, ruangan yang dibatasi oleh empat dinding, tempat sejumlah siswa berkumpul untuk mengikuti proses belajar mengajar. Kelas dalam pengertian tradisional ini mengandung sifat statis karena sekadar menunjuk pengelompokan siswa menurut tingkat perkembangan yang antara lain didasarkan pada batas umur kronologis masing-masing.
2. Kelas dalam arti luas adalah suatu masyarakat kecil yang merupakan merupakan bagian dari masyarakat sekolah yang sebagai suatu kesatuan diorganisasi menjadi unit kerja yang secara dinamis menyelenggarakan kegiatan-kegiatan belajar mengajar yang kreatif untuk mencapai suatu tujuan (Djamarah2006:176).
“Pengelolaan kelas merupakan ketrampilan guru untuk menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif dan mengendalikannya jika terjadi gangguan dalam pembelajaran.” (Mulyasa 2006:91). Sedangkan menurut Sudirman (dalam Djamarah 2006:177) ”Pengelolaan kelas adalah upaya mendayagunakan potensi kelas.” Ditambahkan lagi oleh Nawawi (dalam Djamarah 2006:177) ”Manajemen atau pengelolaan kelas dapat diartikan sebagai kemampuan guru dalam mendayagunakan potensi kelas berupa pemberian kesempatan yang seluas-luasnya pada setiap personal untuk melakukan kegitan-kegiatan yang kreatif dan terarah .” Arikunto (dalam Djamarah 2006:177) juga berpendapat “ bahwa penelolaan kelas adalah suatu usaha yang dilakukan oleh penanggung jawab kegiatan belajar mengajar atau yang membantu dengan maksud agardicapai kondisi optimal sehingga dapat terlaksana kegiatan belajar yang seperti diharapkan.” Pengelolaan dapat dilihat dari dua segi, yaitu pengelolaan yang menyangkut siswa dan pengelolaan fisik (ruangan, perabot, alat pelajaran). http://sekolah-dasar.blogspot.com/2009/01/pengertian-pengeloaan-kelas.html
Ruang Kelas adalah suatu ruangan dalam bangunan sekolah, yang berfungsi sebagai tempat untuk kegiatan tatap muka dalam proses kegiatan belajar mengajar(KBM). Mebeler dalam ruangan ini terdiri dari meja siswa, kursi siswa, meja guru, lemari kelas, papan tulis, serta aksesoris ruangan lainnya yang sesuai. Ukuran yang umum adalah 9m x 8m.
Ruang kelas memiliki syarat kelayakan dan standar tertentu, misalnya ukuran, pencahayaan alami, sirkulasi udara, dan persaratan lainnya yang telah dibakukan oleh pihak berwenang terkait.
Dalam peranya sebagai pengelola kelas, guru hendaknya mampu mengelola kelas sebagai lingkunagn belajar serat merupakan aspek dari lingkungan sekolah yang perlu diorganisasi. Lingkungan ini diatur dan diawasi agar kegiatan-kegiatan belajar terarah kepada tujuan pendidikan. Lingkungan yang baik adalah yang bersifat menantang, dan merangsang siswa untuk belajar, memberikan rasa aman dan kepuasan dalam mencapai tujuan.
Sebagai manajer guru bertanggung jawab memelihara lingkungan fiisk kelasnya agar senantiasa menyenangkan untuk belajar dan mengarahkan atau membimbing proses intelektual dan social dalam kelasnya. Salah satu manajemen kelas yang baik adalah menyediakan kesempatan bagi siswa untuk sedikit demi sedikit mengurangi ketergantunganya pada guru sehingga mereka mampu membimbing kegiatanya sendiri.
Sebagai manajer lingkungan guru hendaknya mampu mempergunakan pengetahuan tentang teori-teori belajar mengajar dan teori perkembangan sehingga kemungkinan untuk menciptakan situasi belajar mengajar yang menimbulkan kegiatan belajar pada siswa akan mudah dilaksanakan dan sekaligus memudahkan pencapaian tujuan yang diharapkan.
PERAN guru sebagai ujung tombak pendidikan amat strategis dalam mengembangkan potensi siswa. Karena itu penguasaan pengelolaan kelas mutlak harus dikuasai. Pengelolaan kelas meliputi ruang, waktu, bahan ajar bersama metode pembelajarannya serta perangkat evaluasinya. Berangkat dari penyusunan perangkat persiapan hingga terwujudnya rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), yang telah dicontohkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), instrumen ini sudah dapat menggambarkan keadaan kelas dan memprediksi bagaimana guru menjalankan fungsinya di depan kelas. Beranjak dari pengamatan di lapangan, RPP yang telah dibuat oleh beberapa guru dilihat dari sisi pengelolaan waktunya, rupanya beragam seperti yang tercantum dalam kop lembarannya. Ada yang tertulis 2 x 45 menit, ada pula 8 x 45 menit, sampai 20 x 45 menit. http://blog.beswandjarum.com/soikhurojib/2009/10/05/peran-guru-dalam-menciptakan-kehidupan-sekolah/
3. MANAJEMEN KELAS
Membahas mengenai pengelolaan kelas perspektif baru dan selanjutnya kita akan membahas masalah manajemen kelas. Manajemen kelas merupakan bagian integral pengajaran efektif yang mencegah masalah perilaku melalui perencanaan, pengelolaan, dan penataan kegiatan belajar yang lebih baik, pemberian materi pengajaran yang lebih baik, dan interaksi guru siswa yang lebih baik, membidik pada pengoptimalan keterlibatan dan kerjasama siswa dalam belajar. Teknik kontrol perilaku atau pendisiplinan pada akhirnya akan tidak terlalu efektif karena teknik tersebut tidak mendorong perkembangan disiplin diri atau tanggung jawab anak sendiri atas tindakannya. Nilai-nilai dan ketrampilan sosial harus diajarkan dan dicontohkan oleh guru.
Seorang pendidik atau guru perlu menguasai banyak faktor yang mempengaruhi motivasi, prestasi dan perilaku siswa mereka. Lingkungan fisik di kelas, level kenyamanan emosi yang dialami siswa dan kualitas komunikasi antar guru dan siswa merupakan faktor penting yang bisa memampukan atau menghambat pembelajaran yang optimal. Guru bertanggung jawab untuk berbagai siswa, termasuk mereka dari keluarga yang tidak mampu atau kurang beruntung, siswa yang mungkin harus bekerja setelah sekolah, atau mereka yang berasal dari kelompok minoritas etnis, agama atau bahasa atau mereka dengan berbagai kesulitan atau kecacatan belajar. Tak satupun dari situasi atau faktor ini harus menyebabkan masalah pendidikan, namun anak-anak ini mungkin beresiko mendapatkan pengalaman sekolah yang negatif dan tak bermakna jika guru tidak responsif terhadap kebutuhan dan kemampuan mereka atau mampu menggunakan pengajaran dan strategi kelas yang efektif dan disesuaikan menurut individu. http://id.shvoong.com/social-sciences/education/1940780-manajemen-kelas/
Pengelolaan kelas ( classroom management ) berdasarkan pendekatan menurut Weber diklasifikasikan kedalam dua pengertian, yaitu berdasarkan pendekatan otoriter dan pendekatan permisif. Berikut dijelaskan pengertian dari masing-masing pendekatan tersebut
Pertama, berdasarkan pendekatan otoriter pengelolaan kelas adalah kegiatan guru untuk mengkontrol tingkah laku siswa, guru berperan menciptakan dan memelihara aturan kelas melalui penerapan disiplin secara ketat ( Weber )
Bagi sekolah atau guru yang menganut pendekatan otoriter, maka dalam mengelola kelas guru atau sekolah tersebut menciptakan iklim sekolah dengan berbagai aturan atau ketentuan-ketentuan zang harus ditaati oleh warga sekolah/ kelas
. Walaupun menggunakan pendekatan otoriter, berbagai aturan zang dirumuskan tentu saja tidak hanza didasarkan pada kemauan sepihak dari pengelola sekolah /kelas saja, melainkan dengan memasukan aspirasi dari siswa. Hal ini penting mengingat aturan zang dibuat diperuntukan bagi kepentingan bersama, zaitu untuk menunjang terjadinya proses pembelajaran zang efektif dan efisien.
Kedua pendekatan permisif mengartikan pengelolaan kelas adalah uapaya zang dilakukan oleh guru untuk memberi kebebasan untuk siswa melekukan berbagai aktivitas sesuai dengan zang mereka inginkan. Pengertian kedua ini tentu saja bertolak belakang dengan pendapat pertama. Menurut pandangan permisif, fungsi guru adalah bagaimana menciptakan kondisi siswa merasa aman untuk melakukan aktivitas di dalam kelas, tanpa aharus merasa takut dan tertekan
Ada lima definisi tentang pengelolaan kelas.
Definisi pertama, memandang bahwa pengelolaan kelas sebagai proses untuk mengontrol tingkah laku siswa. Pandangan ini bersifat otoritatif. Dalam kaitan ini tugas guru ialah menciptakan dan memelihara ketertiban suasana kelas. Penggunaan disiplin amat diutamakan. Menurut pandangan ini istilah pengelolaan kelas dan disiplin kelas dipakai sebagai sinonim. Secara lebih khusus, definisi pertama ini dapat berbunyi: pengelolaan kelas ialah seperangkat kegiatan guru untuk menciptakan dan mempertahankan ketertiban suasana kelas.
Definisi kedua bertolak belakang dengan definisi pertama diatas, yaitu yang didasarkan atas pandangan yang bersifat permisif. Pandangan ini menekankan bahwa tugas guru ialah memaksimalkan perwujudan kebebasan siswa. Dalam hal ini guru membantu siswa untuk merasa bebas melakukan hal yang ingin dilakukannya. Berbuat sebaliknya berarti guru menghambat atau menghalangi perkembangan anak secara alamiah. Dengan demikian, definisi kedua dapat berbunyi: pengelolaan kelas ialah seperangkat kegiatan guru untuk memaksimalkan kebebasan siswa. Meskipun kedua pandangan diatas, pandangan otortatif dan permisif, mempunyai sejumlah pengikut, namun keduanya dianggap kurang efektif bahkan kurang bertanggungjawab. Pandangan otoritatif adalah kurang manusiawi sedangkan pandangan permisif kurang realistik.
Definisi ketiga didasarkan pada prinsip-prinsip pengubahan tingkah laku (behavioral modification). Dalam kaitan ini pengelolaan kelas dipandang sebagai proses pengubahan tingkah laku siswa. Peranan guru ialah mengembangkan dan mengurangi atau meniadakan tingkah laku yang tidak diinginkan. Secara singkat, guru membantu siswa dalam mempelajari tingkah laku yang tepat melalui penerapan prinsip-prinsip yang diambil dari teori penguatan (reinforcement). Definisi yang didasarkan pada pandangan ini dapat berbunyi: pengelolaan kelas ialah seperangkat kegiatan guru untuk mengembangkan tingkah laku siswa yang diinginkan dan mengurangi atau meniadakan tingkah laku yang tidak diinginkan.
Definisi keempat memandang pengelolaan kelas sebagai proses penciptaan iklim sosio-emosional yang positif didalam kelas. Pandangan ini mempunyai anggaran dasar bahwa kegiatan belajar akan berkembang secara maksimal di dalam kelas yang beriklim positif, yaitu suasana hubungan interpersonal yang baik antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa. Untuk terciptanya suasana seperti ini guru memegang peranan kunci. Dengan demikian peranan guru ialah mengembangkan iklim sosio-emosional kelas yang positif melalui pertumbuhan hubungan interpersonal yang sehat. Dalam kaitan ini definisi keempat dapat berbunyi: pengelolaan kelas ialah seperangkat kegiatan guru untuk mengembangkan hubungan interpersonal yang baik dan iklim sosio-emosional kelas yang positif.
Definisi kelima bertolak dari anggapan bahwa kelas merupakan sistem sosial dengan proses kelompok (group process) sebagai intinya. Dalam kaitan ini dipakailah anggapan dasar bahwa pengajaran berlangsung dalam kaitannya dengan suatu kelompok. Dengan demikian, kehidupan kelas sebagai kelompok dipandang mempunyai pengaruh yang amat berarti terhadap kegiatan belajar, meskipun belajar dianggap sebagai proses individual. Peranan guru ialah mendorong berkembangnya dan berprestasinya sistem kelas yang efektif. Definisi kelima dapat berbunyi: pengelolaan kelas ialah seperangkat kegiatan guru untuk menumbuhkan dan mempertahankan organisasi kelas yang efektif.
Ketiga definisi yang terakhir tersebut diatas masing-masing bertitik tolak dari dasar pandangan yang berbeda. Manakah yang terbaik diantara ketiga definisi itu? Dari ketiga pandangan itu tidak satupun pernah dibuktikan sebagai pandangan yang terbaik. Oleh karena itu adalah bermanfaat apabila guru mampu membentuk suatu pandangan yang bersifat pluralistic, yaitu pandangan tersebut. Perlu dicatat bahwa pandangan pluralistic yang merangkum tiga dasar pandangan itu (pandangan tentang pengubahan tingkah laku, iklim sosio-emosional, dan proses kelompok) tidak mungkin merangkum juga pandangan yang bersifat otoritatif dan permisif. Pandangan yang otoritatif dan permisif itu justru dapat berlawanan dengan pandangan pluralistic yang dimaksud.
Definisi yang pluralistic itu dapat berbunyi: pengelolaan kelas ialah seperangkat kegiatan untuk mengembangkan tingkah laku siswa yang diinginkan dan mengurangi atau meniadakan tingkah laku yang tidak diinginkan, mengembangkan hubungan interpersonal dan iklim sosio-emosional yang positif, serta mengembangkan dan mempertahankan organisasi kelas yang efektif dan produktif.
Guru-guru perlu memahami dan memegang salah satu definisi tersebut diatas yang akan menjadi pedoman bagi tingkah laku dan kegiatan guru didalam kelas dalam rangka mengelola kelasnya. Definisi yang lebih tepat bagi guru-guru kiranya adalah definisi yang bersifat pluralistic. http://www.infodiknas.com/materi-diklat-4/
Pengelolaan dan Pembelajaran
Pengelolaan dan pembelajaran dapat dibedakan tapi memilki fungsi zang sama. Pengelolaan tekannya lebih kuat pada aspek pengaturan ( management ) lingkungan pembelajaran, sementara pembelajaran ( instruction ) lebih kuat berkenaan dengan aspek mengelola atau memproses materi pelajaran. Pada akhirnya dari kedua aktivitas tersebut, keduanya dilakukan dalam rangka untuk mencapai tujuan yang sama yaitiu tujuan pembelajaran
Contoh aspek pengelolaan, jika di dalam kelas terdapat gambar yang di anggap kurang baik atau tidak apada tempatnya untuk ditempelkan di dinding karena akan menggangu konsentrasi siswa dalam belajar, maka guru tersebut memindahkannya dan menempatkan pada tempat yang di anggap paling cocok. Adapun pembelajaran, jika diperoleh siswa yang mengelami kesulitan belajar untuk materi-materi tertentu, maka guru mengidentifikasi sebab-sebabnya, dan membantu siswa mengahadapi kesulitan-kesulitan yang dihadapinya itu
Komponen-Komponen Pengelolaan Kelas
Pengelolaan kelas dilakukan untuk mendukung terjadinya proses pembelajaran zang lebih berkualitas. Oleh karena itu pendekatan atau teori apapun zang dipilih dan zang dijadikan dasar dalam pengelolaan kelas, harus diorientasikan pada terciptanya proses pembelajaran secara aktif dan produktif. Untuk mendukung proses pembelajaran tersebut, maka aunsur-unsur pengelolaan meliputi dua tindakan, yaitu ;
1. Model tindakan
a.Preventif , yaitu upaya yang dilakukan oleh guru untuk mencegah terjadinza gangguan dalam pembelajaran. Mencegah lebih baik dari pada mengobati. . Implikasi bagi guru melalui kegiatan preventif ini yaitu sedini mungkin guru mengidentifikasi hal-hal atau gejala-gejala zang dianggap akan mengganggu pembelajaran
Beberapa upaya atau keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang guru untuk mendukung terhadap tindakan prteventis antara lain ;
1. Tanggap /peka, sikap tanggap ini ditunjukan oleh kemampuan guru secara dini mampu dengan segera merespon terhadap berbagai perilaku atau aktivitas yang di anggap akan mengganggu pembelajaran atau berkembangnza sikap maupun sifat negatif dari siswa maupun lingkungan pembelajaran lainnya
2. Perhatian yaitu selalu mencurahkan perhatian pada berbagai aktivitas, lingkungan maupun segala sesuatu zang muncul. Perhatian merupakan salah satu bentuk keterampilan dan kebiasaan zang harus dimiliki oleh guru.
b. Refrensif, keterampilan refrensif tidak diartikan sebagai tindakan kekerasan seperti halnya penanganan dalam gangguan keamanan. Keterampilan refrensif sebagai salah satu unsur dari keterampilan pengelolaan kelas
c. Modifikasi tingkah laku
• Modifikasi tingkah laku yaitu bahwa setiap tingkah laku dapat diamati. Oleh karena itu bagaimana dengan tingkah laku yang muncul dengan positif, guru memberi respon positif agar kebiasaan baik itu lebih kuat dan dapat dipelihara
• Pengelolaan kelompok, untuk menangani permasalahan hendaknya dilakukan secara kolaborasi dan mengikutsertakan beberapa komponen atau unsur yang terkait
• Diagnisis yaitu suatu keterampilan untuk mencari unsur-unsur yang akan menjadi penyebab gangguan maupun unsur-unsur yang menjadi kekuatan bagi peningkatan proses pembelajaran
http://apadefinisinya.blogspot.com/2008/06/hakikat-pengelolaan-kelas.html
Keberhasilan guru mengajar di kelas tidak cukup bila hanya berbekal pada pengetahuan tentang kurikulum, metode mengajar, media pengajaran, dan wawasan tentang materi yang akan disampaikan kepada anak didik. Di samping itu guru harus menguasai kiat manajemen kelas. Guru hendaknya dapat menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas yang menguntungkan bagi anak didik supaya tumbuh iklim pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAKEM).
Hampir seluruh hasil survei mengenai keefektifan guru ( teacher effectiveness ) melaporkan bahwa keterampilan manajemen kelas menentukan keberhasilan proses belajar siswa atau peringkat yang dicapainya. Dengan demikian keterampilan manajemen kelas sangat krusial dan fudemental dalam mendukung proses pembelajaran. Guru – guru yang rendah keterampilannya dalam bidang manajemen kelas, barangkali tidak dapat menyelesaikan banyak hal yang menjadi tugas pokoknya. Pendapat ini dikemukakan oleh Brophy dan Evertson dalam Learning from Teaching, tahun 1976. Menurut beberapa pendapat yang dapat saya simpulkan konsep manajemen kelas lebih luas dari pada sebatas menciptakan iklim untuk menegakkan disiplin siswa. Konsep manajemen kelas mencakup segala hal, yaitu guru harus merangsang keterlibatan dan kerjasama siswa di dalam keseluruhan aktivitas kelas dan menata lingkungan kerja menjadi lebih produktif lagi bagi proses pendidikan dan pembelajaran.
Guru yang melaksanakan manajemen kelas sebagai proses pemapanan dan pemeliharaan ( establishing and maintaining ) lingkungan belajar yang efektif cendrung lebih sukses dari pada guru – guru yang memposisikan atau memerankan diri sebagai figure otoritas atau penegak disiplin ( authority figures or disciplinarians ) belaka. Kinerja manajemen kelas yang efektif memungkinkan lahirnya roda penggerak bagi penciptaan pemahaman diri, evaluasi diri dan internalisasi control diri pada kalangan siswa.
Dalam keseharian tugas dinasnya bahwa siswa paling banyak berhubungan dengan guru dan demikian juga sebaliknya merupakan perwajahan sekolah yang dapat dilihat dengan mata telanjang. Dalam tugas kesehariannya, guru berhadapan dengan siswa yang berbadan tinggi, sedang atau rendah prestasi akademiknya. Ida pun juga berhadapan dengan siswa yang baik – baik, santun arogan, cuek, pengganggu bahkan kuat, sedang atau lemah fisiknya. Belum lagi keragaman tersebut dilihat dari perspektif social, ekonomi, kultur, kebiasaan, agama, kepedulian dan derajat kohensifitasnya dan lain sebagainya.
Siswa yang bermasalah biasanya menjadi beban si guru dalam mengajar di kelas dan merupakan kepedulian tindakan yang menjadi beban dari tugas si guru. Bentuk kenakalan dan prilaku menyimpang para siswa beragam, dari permasalah sampah,berisik dikelas, mencuri, berkelahi, bolos, pecandu narkoba, dan tidak disiplin dalam belajar.
Mengapa siswa cendrung berprilaku buruk? Ada banyak faktor penyebab hal tersebut, antaranya adalah faktor sosial, ekonomi, kultural, agama, jenis kelamin, ras, tempat tinggal, perbedaan potensial kognitif, kesehatan, kebiasaan hidup dan lain – lain. Faktor yang lain adalah penyebabnya yaitu sekolah sendiri. Tidak semua sekolah dapat melaksanakan kegiatan pembelajaran secara kondusif, misalnya adalah sekolah lebih dekat dengan tempat keramaian, bangunan yang sudah terlalu tua, ruang kelas yangmengundang gerah, disiplin guru yang tidak memadai, manajemen sekolah yang buruk, terlalu banyak pungutan dan lain sebagainya.Ini berarti ada tantangan serius bagi sekolah. Kedua, menetapkan tata aturan dan prosedur disiplin yang jelas dan standar, serta mengikat semua anak didik.Ketiga, melembagakan dan memberi keteladanan mengenai norma – norma etik yang menjadi pemandu hubungan antar subjek di lingkungan sekolah. http://pak-gunawan.blogspot.com/2009/02/peranan-manajemen-kelas.html
Pengelolaan kelas terdiri dari dua kata, yaitu pengelolaan dan kelas. Pengelolaan itu sendiri akar katanya adalah “kelola”, ditambah awalan “pe” dan akhiran “an”. Istilah lain dari pengelolaan adalah “manajemen”. Manajemen adalah kata yang aslinya dari bahasa Inggris, yaitu management yang berarti ketatalaksanaan, tata pimpinan, pengelolaan.(Djamarah 2006:175)

“Pengelolaan adalah proses yang memberikan pengawasan pada semua hal yang terlibat dalam pelaksanaan kebijakan dan pencapaian tujuan”Dekdibud (dalam Rachman 1997:11). Pengelolaan dalam pengertian umum menurut Arikunto (dalam Djamarah 2006:175) adalah pengadministrasian pengaturan atau penataan suatu kegiatan.

Menurut Hamalik (dalam Djamarah 2006:175) ”kelas adalah suatu kelompok orang yang melakukan kegiatan belajar bersama yang mendapat pengajaran dari guru” sedangkan menurut Ahmad (1995:1) “kelas ialah ruangan belajar dan atau rombongan belajar”

Hadari Nawawi memandang kelas dari dua sudut, yaitu:
1. Kelas dalam arti sempit yakni, ruangan yang dibatasi oleh empat dinding, tempat sejumlah siswa berkumpul untuk mengikuti proses belajar mengajar. Kelas dalam pengertian tradisional ini mengandung sifat statis karena sekadar menunjuk pengelompokan siswa menurut tingkat perkembangan yang antara lain didasarkan pada batas umur kronologis masing-masing.
2. Kelas dalam arti luas adalah suatu masyarakat kecil yang merupakan merupakan bagian dari masyarakat sekolah yang sebagai suatu kesatuan diorganisasi menjadi unit kerja yang secara dinamis menyelenggarakan kegiatan-kegiatan belajar mengajar yang kreatif untuk mencapai suatu tujuan (Djamarah2006:176)

Ahmad (1995:1) menyatakan “Pengelolaan kelas adalah segala usaha yang diarahkan untuk mewujudkan suasana belajar mengajar yang efektif dan menyenangkan serta dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan baik sesuai kemampuan.” Pengelolaan kelas merupakan usaha sadar, untuk mengatur kegiatan proses belajar mengajar secara sistematis. Usaha sadar itu mengarah pada persiapan bahan belajar, penyiapan sarana dan alat peraga, pengaturan ruang belajar, mewujudkan situasi/kondisi proses belajar mengajar dan pengaturan, waktu, sehingga proses belajar mengajar berjalan dengan baik dan tujuan kurikuler dapat tercapai.

Sedangkan menurut Made Pidarta (dalam Djamarah, 2005:172) “Pengelolaan kelas adalah proses seleksi dan penggunaan alat-alat yang tepat terhadap problem dan situasi kelas.” Guru bertugas menciptakan, memperbaiki, dan memelihara sistem atau organisasi kelas. Sehingga anak didik dapat memanfaatkan kemampuannya, bakat, dan energinya pada tugas-tugas individual. Sudirman (dalam Djamarah 2006:172)” Pengelolaan kelas merupakan upaya dalam mendayagunakan potensi kelas.”kelas mempunyai peranan dan fungsi tertentu dalam menunjang keberhasilan proses interaksiedukatif, agar memberikan dorongan dan rangsangan terhadap anak didik untuk belajar, kelas harus dikelola sebaik-baiknya oleh guru.

Pengelolaan kelas merupakan ketrampilan guru untuk menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif dan mengendalikannya jika terjadi gangguan dalam pembelajaran.” (Mulyasa 2006:91). Sedangkan menurut Sudirman (dalam Djamarah 2006:177) ”Pengelolaan kelas adalah upaya mendayagunakan potensi kelas.” Ditambahkan lagi oleh Nawawi (dalam Djamarah 2006:177) ”Manajemen atau pengelolaan kelas dapat diartikan sebagai kemampuan guru dalam mendayagunakan potensi kelas berupa pemberian kesempatan yang seluas-luasnya pada setiap personal untuk melakukan kegitan-kegiatan yang kreatif dan terarah .” Arikunto (dalam Djamarah 2006:177) juga berpendapat “ bahwa penelolaan kelas adalah suatu usaha yang dilakukan oleh penanggung jawab kegiatan belajar mengajar atau yang membantu dengan maksud agardicapai kondisi optimal sehingga dapat terlaksana kegiatan belajar yang seperti diharapkan.” Pengelolaan dapat dilihat dari dua segi, yaitu pengelolaan yang menyangkut siswa dan pengelolaan fisik (ruangan, perabot, alat pelajaran).

Berdasar pendapat para ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa pengelolaan kelas merupakan usaha sadar untuk mengatur kegiatan proses belajar mengajar secara sistematis yang mengarah pada penyiapan sarana dan alat peraga, pengaturan ruang belajar, mewujudkan situasi atau kondisi proses belajar mengajar berjalan dengan baik dan tujuan kurikuler dapat tercapai.



Tentang pengelolaan kelas, para ahli pendidikan berbeda-beda dalam mengemukakan definisi. Definisi-definisi yang berbeda itu bukan dimaksudkan untuk mempersulit arti dan makna pengelolaan kelas, akan tetapi justru akan ...

MGMP SMP NEGERI 1 KEDOKANBUNDER: Pengertian Pengelolaan Kelas
Thursday, 09 June 2011 01:13

Pengelolaan kelas ditinjau dari aktifitas guru, menuru pandangan otoriter merupakan seperangkat kegiatan untuk mengusahakan dan mempertahankan ketertiban suasana kelas. Sedangkan menurut pandangan permisif, pengelolaan ...

DAILY READER: Manajemen kelas
Wednesday, 08 June 2011 00:25

Manajemen kelas. A. Pengertian Manajemen kelas. Manajemen kelas tidak hanya pengaturan belajar, fasilitas fisik, dan rutinitas, tetapi menyiapkan kondisi kelas dan lingkungan seklah agar tercipta kenyamanan dan suasana ...
KINERJA GURU Dari beberapa penjelasan tentang pengertian kinerja di atas dapat disimpulkan bahwa Kinerja guru adalah kemampuan yang ditunjukkan oleh guru dalam ...KINERJA GURU Dari beberapa penjelasan tentang pengertian kinerja di atas dapat disimpulkan bahwa Kinerja guru adalah kemampuan yang ditunjukkan oleh guru dalam ...

Kinerja Guru

Filed under: Kinerja Guru — sabrinafauza @ 12:28 am
Pengertian Kinerja Guru
Banyak pengertian yang diberikan para ahli mengenai istilah kinerja. Semua mempunyai visi yang agak berbeda, namun secara prinsip mereka setuju bahwa kinerja itu mengarah pada suatu proses dalam rangka pencapaian suatu hasil.
Kamars berpendapat “ Kinerja merupakan kemampuan, dan kemampuan suatu pekerjaan.” Fremont, Kast dan Resenzweig yang diterjemahkan oleh A. Hasjmi Ali “Kinerja adalah proses kerja dari seseorang individu mencapai tujuan yang relevan.”
Pengertian dari kedua pakar tersebut menekankan bahwa kinerja sebagai suatu proses untuk mencapai hasil-hasil tertentu. Dengan demikian tinggi rendahnya kinerja seseorang dalam bekerja dapat dievaluasi melalui tindakan dan perilaku yang diperhatikan.
Gibson, Ivan, Cevich dan Donelly yang diterjemahkan oleh H.Sutiyoso “Kinerja adalah sebagai prestasi kerja yaitu yang diinginkan dari perilaku.” Prestasi ditentukan oleh interaksi seseorang terhadap kemampuan bekerja, baik cakupan kerja maupun kedalaman kerja.
Kamus besar bahasa Indonesia membatasi bahwa “ Kinerja sebagai kegiatan yang menunjuk pada tindakan yang dapat diamati.” Dari beberapa paparan di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja merupakan proses pencapaian suatu hasil melalui tindakan atau tingkah laku nyata yang dapat diamati. Seorang guru sebagai pelaku utama dalam kegiatan belajar mengajar tentu mengharapkan adanya kemampuan mengalihkan pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki kepada peserta didiknya guna pencapaian tujuan pengajaran secara efektif dan efisien.
Menurut Thomas Gordon yang dikutif oleh Muji Haryani, kinerja mengacu pada :
1. Kemampuan menguasai bahan.
2. Kemampuan mengelola program belajar mengajar.
3. Kemampuan mengelola kelas.
4. Kemampuan menggunakan media.
5. Kemampuan menguasai landasan-landasan pendidikan.
6. Kemampuan menilai prestasi siswa untuk pendidikan dan pengajaran.
7. Kemampuan mengenal fungsi dan program pelayanan bimbingan dan penyuluhan.
8. Kemampuan menyelenggarakan administrasi sekolah.
9. Kemampuan memahami prinsip-prinsip guna keperluan pengajaran.
Ivor Kadavies menegaskan bahwa seorang guru mempunyai empat fungsi pokok yaitu :
1. Merencanakan : yaitu pekerjaan seorang guru untuk menyusun tujuan belajar.
2. Mengorganisasikan : yaitu pekerjaan seorang guru untuk mengatur dan mengembangkan sumber-sumber belajar sehingga dapat mewujudkan tujuan belajar dengan cara yang paling efektif dan efisien.
3. Mengawasi : yaitu pekerjaan seorang guru untuk menentukan apakah fungsi dalam mengorganisasikan dan memimpin di atas telah dirumuskan.
Menurut Moh. Uzer Usman “Guru adalah jabatan atau profesi yang memiliki keahlian khusus mendidik, mengajar dan melatih siswa di mana dalam mengembangkan dirinya ia dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya.”
Dalam melaksanakan tugasnya, guru memiliki hak dan kewajiban. Kewajiban guru adalah melakukan tugasnya sesuai dengan wewenang yang diberikan sebagai guru/pengajar dan mendapat gaji dan tunjangan lainnya, sesuai dengan ketentuan penggajian .
Kinerja guru yang baik dapat diwujudkan dalam suatu konteks tertentu sejalan dengan visi, misi dan strategi yang menunjang pelaksanaan tugas untuk mencapai tujuan pendidikan nasional yaitu mewujudkan manusia Indonesia seutuhnya. Ketiga hal ini diperlukan agar guru lebih mudah dan terarah karena sudah memiliki gambaran dan pegangan berupa langkah-langkah mengajar yang harus dilaksanakan sesuai strategi yang sudah ditetapkan.
Baik tidaknya kinerja guru dapat dilihat dari kompetensi yang meliputi penguasaan terhadap bahan pengajaran, pengelolaan program belajar mengajar, pengelolaan kelas, penggunaan media, penguasaan landasan pendidikan, pengelolaan interaksi belajar mengajar, penilaian prestasi siswa dan pengenalan fungsi bimbingan dan penyuluhan di sekolah.
Faktor lain yang merupakan indikator baik tidaknya kinerja guru adalah penyelesaian tugas dan pencapaian hasil belajar siswa. Dalam pelaksanaan tugasnya guru memerlukan seorang pemimpin. Kepala sekolah sebagai manajer akan mempengaruhi baik tidaknya kinerja guru. Karena dengan manajemen yang baik peleksanaan tugas menjadi lebih mudah dan lancar, jika ada kesulitan bisa mencari solusi pemecahannya. Ditambah lagi dengan adanya perhatian, bimbingan dan penghargaan dari kepala sekolah akan menambah semangat kerja dari guru-guru. Adanya jaminan kesejahteraan dan ketersediaan sarana dan prasarana yang mendukung pelaksanaan tugasnya guru merasa tenang dan nyaman serta lebih mudah menyelesaikan tugasnya. Hal ini tentu akan mempengaruhi kinerjanya.
Jadi dapat disimpulkan kinerja guru adalah kemampuan guru yang di wujudkan melalui perilaku kompeten dalam menerapkan ide, gagasan dan konsep yang menimbulkan tercapainya tujuan kegiatan belajar mengajar secara tuntas.

Berkaitan dengan kendala-kendala yang dihadapi dalam melaksanakan tugas profesi guru, serta upaya untuk mengatasinya, maka dapat dirumuskan beberapa rekomendasi, yaitu:
1)   Laporan kegiatan pembelajaran (LKP) merupakan salah satu langkah untuk melakukan evaluasi dan refleksi terhadap pelaksanaan tugas-tugas profesi guru, oleh karena itu semua guru agar menyusun LKP dengan penuh tanggung jawab;
2)   Laporan kegiatan pembelajaran (LKP) juga dapat dijadikan sebagai sumber informasi untuk mengetahui kinerja guru, oleh karena itu agar LKP terus diselenggarakan dengan meningkatkan kuantitas dan kualitasnya melalui kegiatan IHT atau pada setiap rapat;
3)   Laporan kegiatan pembelajaran (LKP) merupakan fenomena baru, tetapi memiliki dampak positif di masa datang, oleh karena itu pengambil kebijakan agar merespons kondisi ini melalui dukungan moral atau kebijakan dan material.





Adapun beberapa kemampuan yang harus dimiliki seorang guru dalam melaksanakan pembelajaran yaitu:
  1. Kemampuan Membuka Pelajaran
  1. Kemampuan Menguasai Pelajaran
Guru harus mampu menguasai bahan atau materi yang akan diajarkan kepada siswa agar tujuan pembelajaran yang diinginkan dapat tercapai. Rincian materi harus memperjelas dan relevan dengan tema atau pokok bahasan yang akan diajarkan dan harus mempunyai nilai aplikasi yang tinggi.
  1. Kemampuan Memberi Penjelasan
Kemampuan menjelaskan dalam pengajaran adalah penyajian informasi secara lisan yang diorganisasi secara sistematika untuk menunjukkan hubungan yang satu dengan yang lain. Tujuan memberikan penjelasan yaitu membimbing murid untuk mendapat dan memahami hukum, dalil, fakta, dan prinsip secara objektif dan bernalar.
  1. Kemampuan Menggunakan Metode Pengajaran
Dalam menggunakan metode pengajaran, guru sebaiknya menyesuaikan dengan kondisi dan suasana kelas juga jumlah siswa yang ada di dalam kelas. Metode yang direncanakan harus melibatkan aktivitas siswa dalam proses berupa observasi keterampilan kegiatan keahlian siswa proses belajar mengajar secara terkombinasi.
Beberapa metode yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran adalah ceramah, tanya jawab, diskusi, demonstrasi, eksperimen, simulasi, kerja kelompok, karya wisata dan sosio drama.[12]
  1. Kemampuan Memanfaatkan Media Pengajaran
Dalam proses belajar mengajar media sangat dibutuhkan karena bila dalam kegiatan pengajaran, ketidakjelasan bahan yang disampaikan dapat dibantu dengan menghadirkan media sebagai perantara. Jadi dapat dipahami bahwa media adalah alat bantu yang dapat disajikan sebagai penyalur pesan dan dapat merangsang pikiran, perasaan dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada dirinya.[13]
Dari uraian di atas, dapat dipahami bahwa penggunaan media sebagai alat bantu tidak bisa sembarangan menurut kehendak hati guru tetapi harus memperhatikan dan menyesuaikan antara media yang digunakan dengan tujuan pembelajaran.
Dalam menggunakan media pengajaran guru hendaknya memperhatikan syarat umum di bawah ini :
  1. Media pengajaran yang digunakan harus sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan
  2. Media pengajaran yang digunakan dapat merespon siswa belajar.
  3. Media pengajaran harus sesuai dengan kondisi individu siswa.[14]
  4. Kemampuan Bertanya dan Menanggapi Respon Siswa
Dalam proses belajar mengajar, bertanya merupakan keterampilan yang sangat penting dimiliki. Sebab pertanyaan yang tersusun dengan baik dan teknik pelontaran yang tepat akan memberikan dampak yang positif terhadap siswa.[15]
Pertanyaan yang diberikan hendaknya disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan siswa yang penyampaiannya sedapat mungkin dengan bahasa yang mudah dipahami. Usahakan agar tidak menimbulkan rasa takut atau segan kepada siswa yang dapat mempengaruhi jawaban dari pertanyaan yang diberikan. Sebaiknya pertanyaan yang diberikan berkesan agar siswa tidak merasa tertekan dan berani untuk menjawab pertanyaannya.
  1. Kemampuan Melibatkan Siswa dalam Proses Pembelajaran
Mengajar adalah upaya dalam memberi perangsang (stimulus), bimbingan, pengarahan dan dorongan kepada siswa agar terjadi proses belajar.[16]
Peran aktif dari siswa sangat diperlukan dalam kegiatan belajar mengajar sehingga tercapai tujuan instruksional. Guru diharapkan mampu untuk menyiapkan kondisi psikologis siswa dalam pembelajaran agar dapat tenang dalam menerima pelajaran yang diberikan.
  1. Kemampuan Menggunakan Waktu yang Efisien
Salah satu hambatan yang sering dialami dalam mengajar adalah soal waktu. Seringkali seseorang mengajar tidak dapat mengendalikan waktu. Akibatnya bisa terjadi bahan pelajaran sudah selesai, namun waktu masih panjang. Atau sebaliknya, waktu sudah habis, bahan belum tuntas. Hal ini membawa pengaruh terhadap proses belajar mengajar yang dilaksanakan. Sebab itu, diperlukan tenaga pengajar yang mampu untuk membuat pengaturan waktu yang akurat dan efektif.[17]
Pengaturan waktu dikatakan baik apabila ada kesesuaian antara waktu yang digunakan sebagai materi pelajaran. Materi yang cukup sulit tentu membutuhkan waktu yang lebih lama daripada materi yang cukup mudah,  begitu pun dengan materi pelajaran yang membutuhkan praktek di laboratorium dan yang tidak membutuhkan praktek.
  1. Kemampuan Menutup Pelajaran
Menutup pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk mengakhiri pelajaran atau kegiatan belajar mengajar. Usaha menutup pelajaran itu dimaksudkan untuk memberi gambaran menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari oleh siswa, mengetahui tingkat pencapaian siswa dan tingkat keberhasilan guru dalam proses belajar mengajar.[18]
Usaha guru dalam mengakhiri kegiatan pelajaran dapat dilakukan guru dengan meninjau kembali penguasaan inti pelajaran dengan merangkum inti pelajaran dan membuat ringkasan. Selain itu, mengakhiri pelajaran ini dapat berupa saran-saran misalnya meminta siswa untuk mempelajari kembali di rumah tentang bahan yang baru saja dipelajari.


Adapun beberapa kemampuan yang harus dimiliki seorang guru dalam melaksanakan pembelajaran yaitu:
  1. Kemampuan Membuka Pelajaran
Membuka pelajaran adalah usaha atau kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar untuk menciptakan prakondisi bagi murid agar mental maupun perhatian terpusat pada apa yang akan dipelajari sehingga usaha tersebut memberikan efek positif terhadap kegiatan belajar.[11]
Kegiatan ini dilakukan oleh guru untuk menciptakan suasana siap mental dan memusatkan perhatian siswa pada hal-hal yang akan dipelajarinya. Pra pembelajaran ini juga dapat dilakukan oleh guru dengan memperhatikan kehadiran, kerapian, ketertiban dan perlengkapan pelajaran siswa.
  1. Kemampuan Menguasai Pelajaran
Guru harus mampu menguasai bahan atau materi yang akan diajarkan kepada siswa agar tujuan pembelajaran yang diinginkan dapat tercapai. Rincian materi harus memperjelas dan relevan dengan tema atau pokok bahasan yang akan diajarkan dan harus mempunyai nilai aplikasi yang tinggi.
  1. Kemampuan Memberi Penjelasan
Kemampuan menjelaskan dalam pengajaran adalah penyajian informasi secara lisan yang diorganisasi secara sistematika untuk menunjukkan hubungan yang satu dengan yang lain. Tujuan memberikan penjelasan yaitu membimbing murid untuk mendapat dan memahami hukum, dalil, fakta, dan prinsip secara objektif dan bernalar.
  1. Kemampuan Menggunakan Metode Pengajaran
Dalam menggunakan metode pengajaran, guru sebaiknya menyesuaikan dengan kondisi dan suasana kelas juga jumlah siswa yang ada di dalam kelas. Metode yang direncanakan harus melibatkan aktivitas siswa dalam proses berupa observasi keterampilan kegiatan keahlian siswa proses belajar mengajar secara terkombinasi.
Beberapa metode yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran adalah ceramah, tanya jawab, diskusi, demonstrasi, eksperimen, simulasi, kerja kelompok, karya wisata dan sosio drama.[12]
  1. Kemampuan Memanfaatkan Media Pengajaran
Dalam proses belajar mengajar media sangat dibutuhkan karena bila dalam kegiatan pengajaran, ketidakjelasan bahan yang disampaikan dapat dibantu dengan menghadirkan media sebagai perantara. Jadi dapat dipahami bahwa media adalah alat bantu yang dapat disajikan sebagai penyalur pesan dan dapat merangsang pikiran, perasaan dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada dirinya.[13]
Dari uraian di atas, dapat dipahami bahwa penggunaan media sebagai alat bantu tidak bisa sembarangan menurut kehendak hati guru tetapi harus memperhatikan dan menyesuaikan antara media yang digunakan dengan tujuan pembelajaran.
Dalam menggunakan media pengajaran guru hendaknya memperhatikan syarat umum di bawah ini :
  1. Media pengajaran yang digunakan harus sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan
  2. Media pengajaran yang digunakan dapat merespon siswa belajar.
  3. Media pengajaran harus sesuai dengan kondisi individu siswa.[14]
  4. Kemampuan Bertanya dan Menanggapi Respon Siswa
Dalam proses belajar mengajar, bertanya merupakan keterampilan yang sangat penting dimiliki. Sebab pertanyaan yang tersusun dengan baik dan teknik pelontaran yang tepat akan memberikan dampak yang positif terhadap siswa.[15]
Pertanyaan yang diberikan hendaknya disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan siswa yang penyampaiannya sedapat mungkin dengan bahasa yang mudah dipahami. Usahakan agar tidak menimbulkan rasa takut atau segan kepada siswa yang dapat mempengaruhi jawaban dari pertanyaan yang diberikan. Sebaiknya pertanyaan yang diberikan berkesan agar siswa tidak merasa tertekan dan berani untuk menjawab pertanyaannya.
  1. Kemampuan Melibatkan Siswa dalam Proses Pembelajaran
Mengajar adalah upaya dalam memberi perangsang (stimulus), bimbingan, pengarahan dan dorongan kepada siswa agar terjadi proses belajar.[16]
Peran aktif dari siswa sangat diperlukan dalam kegiatan belajar mengajar sehingga tercapai tujuan instruksional. Guru diharapkan mampu untuk menyiapkan kondisi psikologis siswa dalam pembelajaran agar dapat tenang dalam menerima pelajaran yang diberikan.
  1. Kemampuan Menggunakan Waktu yang Efisien
Salah satu hambatan yang sering dialami dalam mengajar adalah soal waktu. Seringkali seseorang mengajar tidak dapat mengendalikan waktu. Akibatnya bisa terjadi bahan pelajaran sudah selesai, namun waktu masih panjang. Atau sebaliknya, waktu sudah habis, bahan belum tuntas. Hal ini membawa pengaruh terhadap proses belajar mengajar yang dilaksanakan. Sebab itu, diperlukan tenaga pengajar yang mampu untuk membuat pengaturan waktu yang akurat dan efektif.[17]
Pengaturan waktu dikatakan baik apabila ada kesesuaian antara waktu yang digunakan sebagai materi pelajaran. Materi yang cukup sulit tentu membutuhkan waktu yang lebih lama daripada materi yang cukup mudah,  begitu pun dengan materi pelajaran yang membutuhkan praktek di laboratorium dan yang tidak membutuhkan praktek.
  1. Kemampuan Menutup Pelajaran
Menutup pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk mengakhiri pelajaran atau kegiatan belajar mengajar. Usaha menutup pelajaran itu dimaksudkan untuk memberi gambaran menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari oleh siswa, mengetahui tingkat pencapaian siswa dan tingkat keberhasilan guru dalam proses belajar mengajar.[18]
Usaha guru dalam mengakhiri kegiatan pelajaran dapat dilakukan guru dengan meninjau kembali penguasaan inti pelajaran dengan merangkum inti pelajaran dan membuat ringkasan. Selain itu, mengakhiri pelajaran ini dapat berupa saran-saran misalnya meminta siswa untuk mempelajari kembali di rumah tentang bahan yang baru saja dipelajari.

0 komentar:

Posting Komentar

 
BIOLOGY EDUCATION creditosbtemplates creditos Templates by lecca 2008 .....Top